Ende- tananuaflores.id. Profesi petani merupakan profesi
yang mulia karena petani mampu merawat bumi dan memberi
makan bagi semua manusia di bumi ini. Petani
merupakan tokoh penting memainkan peran dalam mengelola bumi melalui sector
pertanian, karena berhubungan langsung dengan tampat kehidupan
ini.
Hasil-hasil yang berasal dari kebun para petani merupakan sumber kebutuhan
pokok atau utama dalam membangun keberlanjutan hidup manusia dalam berelasi
dengan alam dan penciptanya.
Kebanyakan orang berpandangan
menjadi petani merupakan
sebuah profesi yang
kotor, tidak menguntungkan, tidak seksi, tidak bermartabat untuk digeluti. Cara
pandang ini membuat kebanyakan generasi muda tidak tertarik dengan profesi yang
satu ini termasuk bapak Eman Mari.
Bapak Emanuel Mari (39) seorang warga dari desa Numba
kecamatan Wewaria, mengisahkan
kehidupannya sampai beliau memilih pulang kampung Hal ini diceritakannya kepada
Heribertus Se (pendamping lapangan).
Awalnya merasa sangat sulit hidup
dikampung dengan mengikuti jejak orang tua sebagai petani, harus kerja kebun,
turun naik gunung didukung dengan prasarana transportasi yang tidak memadai
serta harga pasaran komoditi pertanian yang tidak menentu, maka pada tahun 2005
beliau memilih merantau ke malaysia tanpa paspor, setahun bekerja di Malaysia setelah ditangkap dan di deportasi kembali ke
Indonesia. Akirnya beliau memilih pulang kampong. Selama di tanah rantau beliau
mengumpulkan uang sebesar Rp.6.000.000,- yang kalau dibagi ke 12 bulan maka
perolehan perbulan Rp.500.000,-
Menurut beliau
pengalaman merantau tanpa dokumen (pasport) terasa sangat pahit apalagi pulang
dengan menggunakan jasa deportasi alias dibuang atau dikembalikan ke negara
asalnya secara paksa.
Maka setelah tiba dikampung dengan perasaan malu beliau
bergabung dalam kelompok tani Sa Ate 1 dan memilih bekerja sebagai petani
dengan mendapat pendampingan dari Yayasan Tananua Flores. Dalam pendampingan
petani pendamping lapangan Yayasan Tananua Flores (Heribertus Se) berbagi kisah-kisah sukses dari beberapa petani dampingan
terdahulu dalam merawat kebun yang baik.
Setelah bergabung
dengan kelompok tani Eman bersama anggota kelompok mulai berdiskusi untuk
menentukan komoditi yang akan dikembangkan dan setelah dianalisis bersama
berdasarkan kesesuaian lahan dan harga pasaran selain komoditi kemiri yang
sudah menjadi komoditi primadona desa Numba maka dipililah 2 komoditi yang
dirasa tepat yakni kopi dan
kakao.
Kebun
Model, Penyanggah Keluarga
Selain
berceritera bapak Eman bersama isterinya juga mengundang pendamping untuk
mengunjungi kantor alias kebunnya yang berjarak kurang lebih 1.500 meter dari
perkampungan dengan menyusuri lembah dan bukit. Memenuhi
undangan bapak Eman, memasuki kebun bapak eman agak kaget
karena cukup banyak isi kebun yang belum ditata dengan pola tanam yang baik.
Aneka tanaman yang dijumpai seperti kakao, kopi, kemiri, marica, pinang, fanili, Lombok dan talas. Tapi
yang menjadi dominan adalah kopi dan kakao.
Setelah mengitari kebun, bapak Eman bersama istri
mengajak pendamping untuk istirahat di pondok. Dalam istirahat tiba-tiba bapak
Eman bertanya kepada pendamping. “Menurut ame
(Bapak) saya harus
bagaimana dengan kebun ini?,”
tanyanya.
Dengan senyum pendamping bertanya
balik, apa yang bapak Eman mau dengan kebun ini? Jawab Eman saya ingi kebun ini
menjadi sumber ekonomi keluarga saya.
Pendamping melanjutkan dengan pertanyaan
apa dari banyak jenis tanaman yang ditanam dilahan ini belum memberikan cukup
pendapatan? Bapak Eman mengatakan masih sangat kecil dan belum dapat memenuhi
kebutuhan keluarga karena pohon banyak tapi karena pengetahuan saya yang
terbatas akan tanaman yang saya tanam sehingga dikebun ada banyak jenis tanaman
dan lebih banyak daun dari pada buah.
Pendamping lalu menyampaikan kalau bapak mau panen buahnya yang berkwalitas dalam
jumlah banyak maka kebun ini harus dirubah atau ditata lagi dan saya sebagai pendamping bersedia
mendampingi hingga
mendapatkan hasil atau panen yang banyak.
Semua tergantung bapak Eman dan isteri karena
ini harus bermula dari kemaun dan mulai kerjakan dengan sungguh-sungguh. Semangat kerja dan keseringan kunjungan kebun menjadi
kunci utama. Kita akan merubah kebun ini menjadi kebun impian keluarga dan
tempat wisata serta tempat penyelesaian masalah dalam
keluarga.
Bapak Eman pun setuju. Dirinya juga berkomitmen untuk menjadikan kebunnya sebagai
kebun model dan uji terap teknologi pertanian organik
yang ramah lingkungan.
Rawat kebun
Dari diskusi pondok melahirkan sebuah kesadar untuk
berubah yang sangat kuat dari Eman bersama istrinya. Hal ini dikuatkan dengan pendampingan
yang terus menerus oleh Yayasan Tananua Flores.
Dimana keluarga ini mulai
menata kebunnya secara besar-besaran, mulai dari menebang, memangkas, penyedian
benih, persiapan lubang, persiapan pupuk, penanaman anakan, serta perawatan
dengan teknologi-teknologi yang sudah dilatih baik dilakukan secara
sendiri ataupun bersama dalam wadah kelompok. Tekonologi yang dipraktekan seperti pemangkasan, pemupukan,
panen sering, sanitasi, pengendalian
hama dan penyakit. Juga teknologi lainnya yang dicoba
sacara rutin.
“Hasil panen tahun
2017 dari komoditi kakao dan kopi meningkat. Saya
mendapatkan hasil 517 Kg bersih dari 83 pohon kakao produktif dengan
nominalnya kurang lebih Rp. 12,92
juta,” ungkapnya.
Uang yang diperoleh dipergunakan Eman untuk memperbaiki rumah. Dirinyapun sangat bangga dengan hasil ini
Menerobos
pasar kakao dengan inovasi
Setelah
kakao berproduksi bapak Eman bersama kelompok melakukan analisa bersama
pendamping, untuk apa ya biji kakao yang petani produk? Dari beberapa sumber
yang didapat ternyata biji kakao ini akan dijadikan bahan makanan atau minuman
coklat.
Kelompok mulai bertanya apa petani bisa membuatnya? Ada anggota yang
menyatakan wah bisalah kita coba dulu namun ada yang lain katakan tidak bisa
karena kita tidak memiliki peralatan baik mesih dan yang lainnya.
Namun bapak Eman
bersama bapak Domi secara perlahan mereka mulai mencaoba dengan menggunakan
peralatan sederhana yang mereka miliki seperti kuali tanah, lesung, niru dan
yang lainnya.
Hasil gorengan dan tumbukan dicoba untuk minum ditingkat kelompok
dan anak-anak serta dipamerkan pada pertemuan
smesteral petani di desa Hangalande, Mukureku dan Rutujeja. Awalnya bubuk kakao
agak kasar, perjalanan dari waktu kewaktu kelompok mulai menemukan proses
pembuatan bubuk kakao yang halus dan dikemas dalam kemasan yang bagus dan
diberi merek “NUMBA CACAO”.
Bubuk coklat Numba
Cacao dalam kemasan 125 gram dijual Rp.25.000,- Dan untuk mendapatkan 1.000
gram bubuk coklat membutuhkan 1.500 gram biji coklat. Dengan harga beli 1,5 kg
biji kakao Rp.45.000,- dan harga jual 1 kg bubuk coklat Rp.200.000,- Hal ini
bisa dilihat keuntungan kotor sebesar Rp.155.000,-
Inilah yang disebut
dengan inovasi petani dalam menerobos pasar, dari inovasi yang ada ini Eman dan
kelompoknya diajak untuk memberikan shering ditingkat kabupaten untuk kegiatan
forum inovasi desa
Berbagi Informasi
Hasil panen meningkat, membuatnya
menjadi bahan ceritera warga setempat. Ada warga tani
secara sembunyi-sembunyi masuk ke kebunnya untuk
melihat apa yang dikerjakan jika dirinya tidak ada di kebun.
Rasa keingintahuan dari warga tani ini membuat Eman
mulai memikirkan bagaimana caranya
untuk berbagi informasi dan
cerita sukses bertani kakao dan kopi dengan pendekatan pertanian yang selaras
alami.
Dari semangat untuk berbagi ini,kesempatan
itu datang ketika pemerintah desa menanggapi keberhasilannya dengan
membuat forum Koptan ditingkat desa Numba.
“Saya diundang pemerintah desa sebagai pemberi informasi, berceritera tentang keberhasilan saya,” ungkapnya.
Atas dasar apresiasi dan dukungan pemerintah, kelompok
tani Sa Ate Satu diberi penghargaan. Bantuan
Saprodi, kunjungan belajar serta anakan kakao unggul diberi
pemerintah setempat.
Sampai saat ini semua kelompok tani dan semua warga
desa mulai mengembangkan komoditi kopi dan kakao secara masal. Kelompok Sa Ate Satu dan
bapak
Eman selalu diundang ke kebun kebun warga untuk melatih dan melakukan praktek
bersama petani lain.
Dan pula petani dari 13 desa dampingan Yayasan Tananua Flores pun melakukan
kunjungan belajar ke kelompok Sa Ate 1 Numba.
Sebagai kader
pertanian, kelompok
tani Sa Ate
Satu dan
bapak Eman mendapatkan emas hijau untuk saling menghidupkan. Semuanya didapat melalui komoditi kakao dan kopi.
Petani hebat, kebun terrawat, lingkungan lestari. Merawat
bumi memelihara kehidupan dan selamanya tobat untuk merantau.
Selamat ya bapak Eman dan
kelompok Sa Ate 1 jadilah pewarta kehidupan berkelanjutan komunitas dari sector
pertanian. (Penulis: Hs, Editor: Hp)
0 Komentar